Jumat, Maret 05, 2010

TIRAN

Ini adalah note ku di fesbuk pada 1 November 2009 silam. Saat itu adegan panggung sandiwara di Indonesia adalah cicak-buaya. Ternyata setelah aku baca, note ini masih sangat relevan. Toh tokoh tirannya masih sama, SiBuaYa...

-------------
Sudah lama aku melihat sosok Tiran
Sosok yang dibungkus oleh topeng
Topeng yang membuatnya kembali menang
Menang karena memanfaatkan Tiran cilik
Tiran cilik, ya intelektual yang sukanya menipu...

Jauh sebelum pesta di tahun 2004 itu dimulai,
Topeng itu sudah dipasang, aku melihatnya dengan seksama,
Tapi aneh, meski topeng usang itu sudah bulukan dan bercendawan,
Teman-temanku masih juga mengelus-elus cendawan
Cendawaan yang tumbuh di bagian hidung topeng di periode berikutnya,
Padahal sudah kusampaikan, awas cendawan itu beracun
Racun yang akan melukai mu bahkan membunuh keluarga mu,

Tiran ini kembali menunjukkan topengnya,
Topeng yang ditunjukkan oleh tiran-tiran cilik,
Dan dalam drama terakhir, ia memperbaharui topeng dan kwalitas ke-tiran-annya,
Sama halnya dengan kapitalisme yang memperbaharui diri menjadi neo-lib.

Ada bendera kuning dan hitam di dalam gerombolan Tiran ini,
Tapi sayang, ijtihad yang dilakukannya untuk kursi, bukan untuk perubahan.
Awalnya kuning hitam ini merasa akan mampu mengubah
Ternyata, kekuatan baru ini justru terperangkap,

Tapi Tiran tidak tau, ada riak kecil di bawah panggungnya.
Setiap babak drama yang dimainkan, setiap itu pula paku-paku di bawah panggung longgar

Tapi penonton yang sadar harus terus bersorak-sorai,
Penonton harus terus bertepuk tangan dan berseru,
Agar drama semakin panas dan bergelora,
Agar bangunan panggung roboh..... dan Tiran terkapar

2 komentar:

uni isech mengatakan...

meninggalkan jejak dulu..:D

Erwin Jahja mengatakan...

Penonton yg sadar memang harus tetap teriak bro..kalo perlu smp panggungnya roboh.!