Jumat, Januari 25, 2008

Rencana Tuhan atau kebodohan saya?

Pemenang dan pecundang sama-sama punya satu kelebihan. Jika pemenang punya kelebihan satu cara dan kerja keras, maka pecundang punya kelebihan satu alasan.

Pemenang punya satu kelebihan cara dibandingkan orang-orang. Ada ekstra cara atau usaha yang dilakukannya dibandingkan orang-orang lain. Jika kesuksesan itu syaratnya dua kali kerja keras, maka si pemenang harus kerja keras lebih dari dua kali. Jika seorang harus menaiki 10 anak tangga untuk sukses, maka si pemenang menaiki harus mininal 11 anak tangga.

Tapi siapa yang tau berapa syarat untuk menjadi sukses? Karenanya, kita hanya diminta oleh Tuhan untuk berusaha dan berdoa kemudian tawakkal.

Jika kegagalan-kegagalan yang pernah Anda rasakan sebelum hari ini, dan kemudian Anda jadikan sebagai studi perbandingannya..... di manakah posisi Anda? sebagai pemenang atau pecundang kah?

Lha, kalau tau ukuran sebuah kesuksesan, tentu kita tidak perlu repot-repot tuk lakukan ini dan lakukan itu. Kalau tau syarat jadi orang sukses, ya, kita tinggal ikuti saja aturannya. Tapi sayang, ternyata tidak ada yang tau, termasuk paranormal pun. Kemudian bagaimana dengan hukum kebetulan, keberuntungan atau lucky?

Teman saya sering berdebat soal hukum keberuntungan ini. Menurut dia, hukum keberuntungan ini nyata. Dia mencontohkan seorang temannya yang sewaktu di sekolah, bandel, jarang belajar, eh ternyata ketika Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SMPB), temannya itu jebol PTN. Sebaliknya, teman dia satunya lagi, yang rajin, selalu dapat nilai tinggi dan mendapat ranking tinggi di sekolah, justru tidak lolos.


Benarkah itu kebetulan?
Bisa kah kita meyakininya ada hukum kebetulan di dunia ini? Bisa kah kita meyakini bahwa Tuhan memberikan keberuntungan tanpa seseorang perlu berusaha’?

Dan akhirnya,
Bisa kah kita meyakini Tuhan memberikan ketidakberuntungan bagi orang yang ‘telah’ bekerja keras untuk sebuah pencapaian? Lalu Tuhan memberinya kesialan

Sorry, i dont believe it, do you?